Laksmana

Hatiku yang rumpang
menganga dengan semak belukar pertanyaan
Mengapa engkau patuh Laksmana?
Untuk apa kepatuhanmu?
Tidakkah ada duri di dalam kepatuhanmu
Lama aku bertopang dagu
Bersama Laksmana selepas pembuangan kakak iparnya

Ia mengecup punggung tanganku
memohon maaf,
tanpa memahami
muasal kesalahannya

Di dalam hutan yang lembab
Laksmana menyeka peluh yang mengalir dari alisku
Aku merasakan pembangkangan
tersekap diam-diam dalam matanya
"Mengapa kau patuh Laksmana?"
Tanyaku saat ia menekan bibirnya ke bibirku

Laksmana menciumku tanpa tarikan nafas
Cium yang tidak biasa 
Dilakukan para ksatria
Kecupan itu menyihir waktu
Bibirnya dan bibirku
melekat rapat
Begitu panjangnya
sampai dadaku kosong tanpa udara

Aku meminta padanya,
urungkan kepatuhannya
Seperti episode berciuman ini
Biarkan keras hatinya yang berkuasa

Aku memberinya salam perpisahan
Dengan bibir terlapis madu nirwana
Aku menjelaskan padanya,

"Laksmana,
Aku akan membaca ulang cerita ini
Buku ini akan kembali pada halaman pertama
Aku meminta padamu,
tundalah tugas-tugasmu
ingatlah cinta kita
biarkan kecupanku membawamu
dalam bab yang baru."

Tiba akhirnya,
pada adegan pembakaran Sinta
Kebencian tersemat di mata orang-orang
Keraguan di gemetar pelipis Rama
Sinta akan terpatah hatinya
Ia berkata tercabut dari martabatnya,

"Laksmana, nyalakan api.."

Lama Laksmana mencuri pikiran
Kemudian ia berkata,

"Tidak." 


main-qimg-7bac827b9ff33742dafe533bfca039e0

Tinggalkan komentar